Di pagi hari yang cukup dingin di ruang tamu kontrakan, saya
sempat baca berita terkait kebijakan satu negara yang menurut saya penting dan
sangat bermanfaat khususnya untuk generasi anak anak sekolah (siswa).
Beritanya, Pemerintah Perancis pada bulan September 2018 mendatang berniat
melarang penggunaan telepon genggam bagi para pelajar. Pelarangan itu akan
diberlakukan bagi anak-anak berusia 6-15 tahun. Pelarangan terutama
diberlakukan di sekolah.
Rilis berita menyebutkan bahwa Perancis memang sudah mendata
lebih dari 90 persen pelajar berusia 12 tahun ternyata mempunyai HP. Lantas,
apa yang disampaikan Menteri Pendidikan Perancis Jean-Michel Blanquer mengenai
hal itu? “HP jelas adalah teknologi maju tetapi mereka tidak dapat memonopoli
hidup kita,” kata dia. Masih menurut Jean-Michel Blanquer, anak-anak itu kelak
juga takkan dapat menempatkan dirinya dengan baik di dunia teknologi bila tidak
dapat membaca, menulis, berhitung, menghormati orang lain, dan bekerja di dalam
tim. Anak-anak itu jelas harus fokus untuk belajar. Dan saya sendiri sangat
setuju dengan pernyataan Sang menteri Pendidikan Perancis ini. Bagaimanapun,
tekhnologi hanya sebatas pendukung dan alat, yang terpenting adalah kompetensi
individu dan pengetahuan pemegang HP.
Dan, untuk itu, pemerintah Perancis merasa perlu untuk
mengintervensi langsung penggunaan HP di sekolah-sekolah. Tentu ada pro-kontra,
tetapi pemerintah Perancis sejauh ini jalan terus. Penerapan aturan itu
tampaknya tetap akan diberlakukan. Apalagi, ada fakta betapa melalui HP ada
potensi hadirnya cyber-bullying, gagalnya interaksi sosial hingga
ketergantungan terhadap pornografi. Pemerintah Perancis tidak ingin hal-hal
negatif itu menimpa anak-anak mereka.
Ini sangat menarik. Dan saya rasa Ini baru campur tangan
negara yang memang dibutuhkan saat ini. Bagaimana sebuah negara memperhatikan
generasi emasnya. Itu proteksi bagi anak-anak walau sekedar diterapkan di
sekolah, tapi hemat sayaa akan berdampak positif untuk masa mendatang.
Lantas Bagaimana dengan Indonesia? Ya, tergantung pemerintah
kita. HP memang penting tapi jelas tidak sepenting pendidikan. Boleh dibawa
tapi mungkin ya tidak perlu digunakan saat jam belajar dan juga saat jam
istirahat.
Disamping itu, kadang saya juga sempat terbesit sedih juga
kalau melihat ketergantungan anak-anak terhadap HP. Apalagi, Indonesia bukan
produsen HP tapi sebaliknya sekedar pasar dari produsen HP. Artinya, secara
ekonomi dan bisnis tidak ada nilai devisanya bagi negara kita justru kita
menjadi konsumtif. Dan, yang tak kalah konsumtifnya adalah penggunaan paket data
oleh kita (termasuk saya hehe). Semoga kita serius memikirkan soal HP ini
sebagaimana halnya Perancis. Amiiin Amiiin
Pasuruan, 09-Agustus-2018
2 komentar
Click here for komentarConversionConversion EmoticonEmoticon