“ Potret Mahasiswa Apatis “


Saat masyarakat bojong koneng rebut dengan pihak Sentul City akibat permasalahan sengketa lahan, mahasiswa Tazkia kebanyakan tak peduli, bahkan mengganggap masalah biasa yang tak perlu dipermasalahkan. Unjuk rasa ratusan orang dianggap sebagai seremonial belaka. Padahal masalah itu masalah yang merugikan masyarakat di sana dan lahan terancam di alih fungsikan. Seharusnya mahasiswa dengan tridharma mahasiswanya membantu menegosiasikan dengan pihak terkait atau mengadvokasi kepemerintah setempat atau mencarikan solusi sesuai kebenaran fakta dan realita.Tapi itu hanya harapan yang entah kapan mahasiswa Tazkia bakal peduli dan membantu masyarakat sebagai bukti pengabdian kepada masyarakat sekitar sentul, tempat dimana mengenyam pendidikan tinggi.
Saat masalah kesenjangan dan kemiskinan sangat tinggi di sekitar kampus Tazkia, mahasiswa juga tak mau peduli dan tak mau ambil pusing dengan realita masyarakat di sekitar kampus. Bahkan mereka beranggapan  yang  penting kuliah lancar, nilai bagus dan bisa makan enak di GFC, KFC atau di lotteria. Sebagian memang ada yang peduli masalah itu seperti temen-temen organisasi inpust, bem dan organisasi mahasiswa lainnya.Tapi itu partisipasinya sangat kecil. Bila di persentasikan hanya sekitar 5% dari jumlah total mahasiswa Tazkia. Mahasiswa Tazkia lebih sering jalan-jalan, mengikuti trend gadget, shopping , naikgunung,  makan di tempat elit dari pada mendonasikan sebagian hartanya untuk membantu masyarakat kurang mampu dan miskin di sekitar kampus.
Saat masalah kesehataan masyarakat sekitar sentul sangat memperihatinkan akibat kesenjangan, mahasiswa Tazkia juga tidak peduli. Tak peduli nasib masyarakat yang sakit tapi tidak punya biaya untuk berobat ke dokter. Padahal realita itu bukan hanya terjadi satu atau dua orang, ada banyak orang mengalami kejadian seperti tersebut. Kebanyakan mahasiswaTazkia berprinsipYang terpenting hidup sehat dan bisa kuliah setiap hari dengan sehat dan afiyat, orang sekitar kampus ya urusan mereka. Entah kapan mahasiswa akan peduli masalah masyarakat sekitar kampus yang butuh uluran bantuan mahasiswa baik secara moral atau moril. Padahal ekonomi islam menjunjung keadilan dan tolong menolong sesame manusia khususnya yang kurang mampu. Tapi nilai-nilai ekonomi islam tersebut tidak pernah terkatualisasikan dalam diri mahasiswa. Setidaknya, andai tidak bisa membantu pengobatannya, mahasiswa mengadakan kegiatan-kegiatan sosialisasi dan pencegahan agar masyarakat sehat. Yang terpenting peduli !
Saat banyak anak-anak kecil yang masih duduk di bangku SD berjualan mondar mandir memasarkan barang jualannya kepada orang yang hendak ke masjid, mahasiswa Tazkia malah menganggaphina, rendah dan sembari mengejek barang jualannya yang kurang enaklah, murahanlah. Tidak pernahkah mereka berfikir kenapa mereka bisa sampai memaksakan diri untuk berjualan panas-panas sambil muter di sekitar parkiran  Andalusia. Mungkin memang banyak factor, tapi secara global bisa disimpulkan bahwa hal itu karna kondisi ekonomi menjadi  factor utama. Tak pernah kah terbesit untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat sekitar Sentul dengan bekal ilmu yang didapat di bangku kuliah.

“ buka mata hati, bahwa disekitar kampus kita banyak  yang membutuhkan bantuan kita sebagai mahasiswa “








Previous
Next Post »
Thanks for your comment