Saat al Ghazali berbicara Revolusi Mental untuk Para penguasa dan Politisi




Kalau berbicara revolusi mental untuk para penguasa, maka referensi yang  paling tepat adalah salah satu buku karya imam al Ghazali ( W. 1111 M) yaitu “At Tibr al Masbuk fi Nasihatil Muluk”.
Dilihat dari judulnya buku ini berisi petuah, nasehat dan wejangan untuk para penguasa dan para politisi pada masa al Ghazali, namun secara subtansi, buku ini masih sangat relevan untuk para penguasa dan politisi saat ini yang bisa dikatakan carut marut dan jauh dari nilai pengabdian untuk masyarakat. Dalam karya terebut imam al Ghazali menyebutkan langkah langkah konkrit revolusi mental untuk para penguasa dan para politisi dalam bentuk nasehat dan wejangan.
Ketika buku itu dibuka, maka akan tampak kalimat pertama yang ditulis oleh imam al Ghazali dalam buku tersebut berupa  “ Sadarilah hai penguasa ! engkau adalah makhluk. Dan engkau memiliki tuhan yang menciptakanmu”. Inilah kalimat pembuka dari karya tersebut. Dilihat dari kalimat tersebut, imam ghazali meletakkan spritualisme sebagai pintu gerbang utama untuk membenahi moral  orang - orang yang berada dalam lingkaran kekuasaan. Pondasi paling mendasar yang membuat seseorang menjadi teguh dalam melakukan hal hal baik dan menahan diri dari hal hal buruk adalah kepercayaan kepada tuhan dan hari pembangkitan. Karena itulah, dalam al Quran, iman kepada Allah dan hari akhir hampir selalu disebut secara berurutan. Sebab iman kepada Allah adalah modal utama manusia untuk mengendalikan gelombang hati. Sedangkan iman dengan adanya hari pembalasan adalah modal utama untuk mengendalikan perbuatan tubuh.

Orang orang yang berada dalam lingkaran kekuasaan memiliki potensi keangkuhan yang jauh lebih besar daripada rakyat jelata. Dia punya kekuatan untuk “ Menuhankan “ diri dan memenuhi hasrat apapun yang dia inginkan. Perasaan kuat membuat manusia lebih sulit untuk merendahkan hati sebagai hamba tuhan. Bahkan Al Khawwash menyebutkan bahwa orang orang yang mencicipi nikmatnya air kekuasaan dia akan terlempar dari tulusnya kehambaan”.



   Bangkalan, 03 Juli 2017 
Previous
Next Post »
Thanks for your comment