KEPEMIMPINAN DALAM TINJAUAN KAJIAN LITERATUR KITAB SUCI AGAMA





KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF PARA AHLI

Seiring perkembangan zaman, kajian atau diskursus tentang kepemimpinan secara ilmiah berkembang pesat seiring dengan perkembangan kajian ilmu manajemen ilmiah, atau yang lebih dikenal dengan ilmu memimpin. Hal itu terlihat dari berbagai literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan baik dalam negeri maupun luar negeri. Sebut saja diantaranya ahli manajemen Gareth Jones and Jennifer George (2016) yang berpenapat bahwa kepemimpinan adalah proses dimana seorang individu mempunyai pengaruh terhadap orang lain dan mengilhami, memberi semangat, memotivasi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan mereka guna membantu tercapai tujuan kelompok atau organisasi.
Hampir sama dengan pendapat di atas, pendapat Blake, R.dan Mouton, J. (1964) yang mengatakan bahwa Kepemimpinan adalah kemampuan yang mampu meyakinkan orang lain untuk bekerja sama di bawah kepemimpinannya menjadi tim terpadu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

 Adapun kepemimpinan menurut para ahli di Indonesia juga tida berbeda jauh dengan pandangan para ilmuan barat. Menurut (Akbar, 2011) definisi pemimpin adalah sosok yang, dengan segenap potensi dan kewenangan yang ada, mampu memotivasi, mengarahkan, dan menggerakkan orang lain untuk secara sadar dan sukarela berpartisipasi di dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seseorang guna mempengaruhi, memotivasi, dan mengaktivasi aneka potensi dan sumber daya yang ada, sehingga organisasi yang dipimpinnya mampu berjalan secara efektif dalam rangka mengupayakan perwujudan tujuan-tujuannya.


 Adapun menurut (Kadarusman, 2012) Kepemimpinan (leadership) diartikan sebagai memimpin orang lain. Pemimpinnua dikenal dengan istilah team leader(pemimpin kelompok) yang memahami apa yang menjadi tanggung jawab kepemimpinannya, menyelami kondisi bawahannya, kesediannya untuk meleburkan diri dengan tuntutan dan konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki komitmen untuk membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya hingga menghasilkan prestasi tertinggi. 


Sehubungan dengan pandangan para ahli di atas, garis besar dari sebuah kepemimpinan adalah bagaimana seorang individu atau pemimpin mampu memberikan pengaruh baik atau positif kepada para pengikutnya untuk mencapai sebuh tujuan. Disamping itu, pemimpin yang baik juga dituntut untuk bisa mengelola sumber daya yang dimiliki baik beruma orang orang yang berada dalam tanggung jawabnya maupun sumber daya penunjang agar bisa mensukseskan tercapai sebuh tujuan yang diinginkan dalam sebuah kepemimpinan. Termasuk dalam kategori mengelola sumber daya manusia adalah bagaimana mengupgrade pengetahuan dan kemampuan para sumber daya insani anggotanya agar bisa beraadaptasi dengan cara dan langkah kebijakan seorang pemimpin dalam mencapai tujuannya. 


KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF AGAMA AGAMA


Kajian kajian kepemimpinan tidak hanya berkutat dengan kajian literasi dan opini semata. Sejak dulu kajian kajian tentang kepemimpinan juga dikaji melalui perpekktif yang beraneka ragam diantaranya adalah kepemimpinan dari perpektif ajaran agama baik agama islam, kristen, hindu, budha dan lainnya. Maka tidak heran bila banyak tulisan tentang kepemimpinan yang ditulis dari dengan bahan dan referensi dari ajaran kitab suci masing masing agama. Sebab memang, dalam kitab kitab agama juga disinggung tentang kepemimpinan. 


Seperti halnya dalam agama kristem, nilai nilai tentang kepemimpinan disinggung dalam beberapa kitab keyakinan umat kristen. Seperti para pemimpin seharusnya menjadi teladan dalam kerja keras. "Apa pun yang ditemukan oleh tanganmu untuk dikerjakan, lakukanlah itu dengan kekuatanmu. Sebab, tidak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan, atau kebijaksanaan di dunia orang mati, tempat ke mana kamu pergi."(Pengkhotbah 9:10, AYT).


Selain itu, juga dijelaskan bahwa Pemimpin sejati adalah pelayan. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Raja-raja bangsa yang tidak mengenal Tuhan berkuasa atas rakyatnya, dan orang-orang yang berkuasa atas raja-raja itu disebut 'Pelindung Rakyat'. Namun, kamu jangan seperti itu. Sebaliknya, yang paling besar di antara kamu harus bertindak seperti yang paling kecil, dan pemimpin harus menjadi seperti pelayan." (Lukas 22:25-26, AYT).


Sedangkan dalam agama Hindu, banyak contoh pemimpin yang sering disebut sebagai suri teladan menurut agama Hindu. Menurut agama Hindu, Niti Sastra Kitab atau susastra Hindu yang banyak mengulas tentang konsep-konsep kepemimpinan termasuk etika dan moral di dalamnya disebut dengan kitab “Niti Sastra”. Kata ini berasal dari Kata Sanskerta “ niti ” yang berarti bimbingan, dukungan, bijaksana, kebijakan, etika. Sedangkan “ sastra “ berarti perintah, ajaran, nasihat, aturan, teori, dan tulisan ilmiah. Berdasarkan uraian diatas di atas maka kata Nitisastra berarti ajaran pemimpin. Dengan demikian ruang lingkup niti sastra tentu sangat luas mencakup pula etika, moralitas, sopan santun dan sebagainya.


Berdasarkan uraian singkat tentang kepemimpinan menurut 2 agama tersebut bisa dipahami bahwa dalam agama kristen dan hindu pun sudah memberikan dan penjelasan bagi para penganutnya untuk menjalankan nilai nilai yang bagus sesuai dengan yang dijelaskan dalam penjelasan kitab keyakinan masing masing. Sehingga bagi para penganutnya, seharusnya menanamkan nilai nilai positif sebagai seorang pemimpin agar bisa memberikan yang terbaik manakala memegang amanah kepemimpinan.


KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA ISLAM


Kepemimpinan sudah muncul sejak dahulu, kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok. Kepemimpinan adalah proses yang harus ada dalam kehidupan manusia selaku makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dimanapun terdapat kelompok manusia yang hidup bersama maka disana diperlukan adanya bentuk kepemimpinan. Dalam islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah, khalifah bermakna pengganti atau wakil. Pemakaian kata khalifah setelah Nabi Muhammad wafat terutama bagi ke-4 khulafa ar-rasyidin menyentuh maksud yang terkandung di dalam perkataan amir yang berarti pengusana (Hadari, 1993) Allah berfirman dalam surah Al-An’am ayat 165: 


وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: “Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.


Bahwa dalam firman Allah SWT tersebut mengisyaratkan bahwa Allah SWT akan menjadikan pemimpin (khalifah) di muka bumi. Allah juga menganugerahi manusia di dalam kehidupan bermasyarakat tingkat derajat yang berbeda beda. Diantara manusia itu ada yang tingkatannya sebagai penguasa melebihi penguasa manusia yang lain. Dengan kekuasaan yang bertingkat-tingkat pada level setiap manusia diuji keimanannya, meskipun sekedar menjadi pemimpin dirinya sendiri.

Disamping itu, dalam Islam konsep kepemimpinan sering disebut dengan khalifah yang berarti wakil. Namun kemudian mengalami pergeseran dengan masuknya kata amir atau penguasa. Oleh sebab itu kedua istilah ini dalam bahasa Indonesia sering diasumsikan sebagai pemimpin formal. Akan tetapi, apabila merujuk kepada firman Allah swt. Dalam surat al Baqarah ayat 30 yaitu :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ
Artinya: “Ingatlah ketika Allah berfriman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” (Al-Baqarah:30) 


Maka kedudukan non formal dari seorang khalifah juga tidak bisa dipisahkan lagi. Perkataan khalifah dalam ayat tersebut tidak hanya ditujukan kepada para khalifah sesudah Nabi, tetapi adalah penciptaan Nabi Adam a.s. yang disebut sebagai manusia dengan tugas untuk memakmurkan bumi dan meliputi tugas menyeru orang lain berbuat amar ma'ruf dan mencegah perbuatan mungkar.
Sehubungan dengan konsep nilai nilai kepemimpinan dalam islam,  islam juga mengajarkan bahwa setiap manusia pada dasarnya adalah seorang pemimpin dalam ruang lingkup yang berbeda beda. Oleh karenanya dalam islam, semua pemimpin seharusnya memiliki rasa kepemimpinan dan tanggung jawab, hal ini dapat dilihat dari hadis berikut :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنَّهُ قَالَ « أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ »(رَوَاهُ مُسْلِمٌ)


Artinya: Dari Ibnu Umar RA dari Nabi SAW sesunggguhnya bersabda: sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggungjawabnya. Seorang pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara barang milik majikannya dan akan ditanya atas pertanggung jawabannya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya (HR. Muslim).

Hadist diatas telah menerangkan bahwa setiap manusia adalah seorang pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban kelak di akhirat oleh Allah WST dan tak seorangpun mampu melepaskan diri dari tanggungjawabnya. Menurut Imam Nawawi dalam kitabnya, al-Minhâj Syarh Sahîh Muslim bin al-Hujjâj, bahwa pemimpin harus adil. Harus melaksanakan tugas untuk kebaikan yang dipimpinnya.


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, T. (2011, juni 17). kepemimpinan politik yang negarawan .
Hadari, N. (1993). Kepemimpinan Menurut Islam . Yogyakarta: University Gadjah Mada Press.
Kadarusman. (2012). Natural Intelligence leadership: cara pandang baru terhadap kecerdasan dan karakter kepemimpinan . Jakarta : Raih Asa Sukses.
Maimunah. (2017). Kepemimpinan dalam perspektif Islam.
Rivai, V. (2015). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Gareth Jones and Jennifer George (2016) :  essential of contemporary management : Publisher: McGraw-Hill Education; 7 edition (January 7, 2016)
Imam Nawawi : al-Minhâj Syarh Sahîh Muslim bin al-Hujjâj ; 2008. SURABAYA percetakan Al Hidayah
Blake, R.; Mouton, J. (1964). The Managerial Grid: The Key to Leadership Excellence. Houston: Gulf Publishing Co


Previous
Next Post »
Thanks for your comment